Pernah nggak sih kelupaan sama
hari ulang tahun sendiri? Kemungkinan itu tergantung bagaimana setiap orang
menyikapi atau memaknai hari ulang tahunnya. Bagi sebagian orang, hari
ulang tahun merupakan momen spesial yang paling ditunggu-tunggu sepanjang
tahun. Bagi gue, hari ulang tahun sebagai momentum introspeksi dan perbaikan
diri, apa yang udah gue jalani selama ini dan apa yang perlu gue lakukan untuk
menjadi manusia yang lebih baik lagi ke depannya. Umur mungkin hanya sebuah
angka, tapi introspeksi dan perbaikan diri nggak harus nunggu ulang tahun dong.
Gue pun jadi berpikir, bagaimana kalau gue (pura-pura) lupa sama ulang tahun
sendiri, apakah gue bakal tetap berkontemplasi atas diri atau hanya akan menjalani
hari tanpa hal berarti?
“Eh, mau ikut naik Semeru nggak?”,
ajakan yang menarik dari seorang kawan.
“Kapan? Berapa lama?”, gue balik tanya.
“Seminggu setelah lebaran kita
berangkat, empat hari tiga malam”, deg! Wah, ngelewatin hari ulang tahun gue
tuh.
“Oke, gue ikut”, gue pikir
dengan menyibukkan diri dengan mendaki gunung bisa bikin lupa sama hari ulang
tahun, jadi kenapa tidak? Lagian di gunung kan gue bisa dapat pengalaman dan
ketenangan, cocok buat kontemplasi diri.
Gue pun bersemangat mempersiapkan
diri. Secara mendaki Semeru menjadi salah satu cita-cita sejak lama, jadi gue
pengen bisa menjalani pendakian ini dengan sebaik-baiknya. Mulai rajin lari pagi,
kalau enggak ya sore hari. Masuk libur puasa, sebagai ganti latihan staminanya
gue bersepeda. Setiap waktu bersemangat berdiskusi dengan kawan-kawan membahas
persiapan dan eksekusi pendakian via grup chat sambil mengumpulkan printilan
alat yang diperlukan.
12 JULI 2016
Ranu Pani. Dari sini perjalanan
kami dimulai. Terkait masalah perizinan mendaki, mengisi formulir dengan
melampirkan copy KTP dan surat sehat. Satu orang ditunjuk sebagai ketua
rombongan yang akan menandatangani surat pernyataan di atas materai. Barang
bawaan juga akan didata untuk memperkirakan jumlah sampah yang harus dibawa
turun. Terkait pembayaran retribusi masuk sebesar 17.500/orang per hari.
Ranu Pani | dok. pribadi |
Setelah tuntas masalah
administrasi, semua pendaki dikumpulkan dalam aula tak begitu luas untuk
diberikan briefing. Ini merupakan salah satu hal yang penting untuk
diperhatikan, terkait menjaga kebersihan sekitar selama pendakian, apa yang
boleh apa yang dilarang, bagaimana menjaga sikap, dan info gambaran jalur
pendakian agar tidak sampai kesasar.
Sebelum naik, kami sempatkan
sholat dan makan di sini. Tersedia toilet umum juga. Kalo ada peralatan yang kurang,
ada toko outdoor yang cukup lengkap pula.
Super excited to start!
Jangan lupa pemanasan dulu
sebelum memulai pendakian, ya!
the troops | dok. pribadi |
Ini pasukan kami. Berlima selalu
bersama.
Pasukan semakin lengkap dengan kehadiran seorang porter kami yang dengan senang
hati membantu kami memikul tenda, bahan makan, dan peralatan masak. Jalannya
sungguh cepat, melesat jauh di depan. Memang, kami menggunakan jasa porter
untuk tag tempat mendirikan tenda dan memasak selain untuk membawakan peralatan
kelompok yang berat. Kami tetap menggendong keril masing-masing, membawa
perlengkapan pribadi dan barang kelompok lainnya yang dibagi berlima. Berjalan
sewajarnya, beristirahat secukupnya. Sesekali menekan shutter kamera,
membingkai pemandangan indah di sepanjang jalur pendakian. Udaranya sejuk,
rehidrasi cukup dengan menenggak air beberapa teguk.
Mahameru menyapa di kejauhan | dok pribadi |
Dan ketika peluh belum sempat
terusap, yang di depan mata membuat lelah menguap. Mahameru menyapa di sebuah
belokan, sebelum pos 2 jalur pendakian. Langkah kami kembali terkuatkan,
perjalanan dituntaskan. Lewat pos 3 merangkul lelah, menghalau napas yang
terengah. Angin gunung membelai lembut, meniup kabut, petang bersambut. Dan menjelang
petang sekilas bayang air di balik belukar itu terlihat, "Ranu
Kumbolo!", pekik memacu semangat. Dalam gelap gotong royong
membangun tenda, menyesap hangat yang tercipta. Dingin yang menghangatkan.
13 JULI 2016
Lepas subuh ku tahan kantuk, gelap
tersibak fajar menyingsing. Pasang kupluk dingin tertunduk, keluar tenda sambut
mentari tergelincir. Nyatanya pendaki lain berlaku sama, bergerak ke bibir
telaga menghangat suasana. Ranu Kumbolo dan Tanjakan Cinta, yang jomblo mendoa
kisah kasihnya 😄.
Kami melanjutkan pendakian ketika
hari beranjak siang. Mas Danny, porter kami, berada di barisan depan memikul tenda
dan alat masak. Kami pun mengekor di belakangnya. Begitu meninggalkan camping
ground Ranu Kumbolo, kami langsung dihadapkan pada jalur menanjak dengan
kemiringan sekitar 40 derajat. Tanjakan dengan mitosnya yang
terkenal,"barang siapa yang bisa terus berjalan tanpa henti dan tanpa
menengok ke belakang sampai di atas bukit, sambil membayangkan orang terkasih,
akan hidup bahagia bersamanya".
Ranu Kumbolo dan Tanjakan Cinta | dok. pribadi |
Bisa dipastikan banyak pendaki
yang termotivasi terhadap mitos tersebut. Sisi positifnya ya kita bisa melewati
tanjakan ini dengan lebih semangat, meskipun napas ngos ngosan, ingatlah untuk
tetap maju ke depan! 😄 Semangat!
Tips: Kalau sudah sampai atas,
sempetin nengok ke belakang ya.
Berbeda dari perjalanan Ranu Pani
ke Ranu Kumbolo yang didominasi jalanan setapak, jalur Ranu Kumbolo menuju
Kalimati melintasi banyak spot menarik. Ketika tanjakan cinta terlewati, padang
rumput Oro Oro Ombo menanti. Pendakian bisa lebih santai lebih dinikmati,
berhenti sebentar mengambil gambar.
passing the Oro-Oro Ombo | dok. pribadi |
Lewat tengah hari kami akhirnya
sampai di Kalimati, tempat camp akhir kami sebelum summit ke puncak. Udaranya
super sejuk! meski matahari di atas kepala. Kalimati serupa Alun Alun Surya
Kencana nya gunung Gede, tanah lapang berumput dengan padang edelweis yang
melingkupi. Segera kami dirikan tenda, memasak air membuat minuman hangat usai
melaksanakan sholat.
Salah satu keuntungan menggunakan
jasa porter adalah ketika kami sampai, porter yang jalannya super cepat bisa
tag tempat lebih dulu, bahkan sudah mencarikan pasokan air dari Sumber Mani,
mata air terdekat dari Kalimati dengan waktu tempuh satu jam perjalanan pergi
pulang. Sangat membantu.
Kami sedang asyik bergurau sambil
menikmati hammock yang kami pasang di pohon sebelah, ketika rintik hujan
akhirnya memboyong kami masuk ke dalam tenda, bercengkerama bersama sembari
menyesap minuman hangat kami ditemani biskuit dan kurma. Selanjutnya porter
memimpin acara masak memasak, @alfianmaruf membantu memotong sayur, mencincang
bawang yang dikupas @ruddin.sy sementara saya dan @rzhmda megang kamera
mengabadikannya. @hibatulramadhan berdoa, lalu kami nangis bersama. Bukan
terharu, tapi karena bawang yang dicincang 😂. Rintik hujan di luar
meneduhkan kehangatan tenda. Makan kenyang, lanjut tidur saat petang
bertandang.
TIPS!
1. segera tidur untuk menghimpun
tenaga karena tengah malam harus bangun berangkat summit.
2. bercanda sewajarnya agar tidak
mengganggu pendaki lain 😁
3. saat sampai Kalimati
tenggorokan saya mulai sakit. kemungkinan karena kelelahan dan makan banyak
semangka saat break di Cemoro Kandang & Jambangan, khilaf 🙈.
Pukul 11 malam.
Kami sudah bangun. Mas Danny
menyalakan kompor memasak "sarapan" untuk kami. Sambil menunggu, kami
sholat dan berkemas mempersiapkan peralatan summit dan memasukkan bekal
secukupnya ke dalam daypack masing-masing. Di tengah riuhnya membereskan ini
itu, @alfianmaruf memastikan tidak ikut summit (untung sudah pernah menyambangi
mahameru sebelumnya). Mau istirahat saja katanya. Mau bikinin nutrijel pelepas
dahaga untuk kita (waktu turun nanti). Mas Danny juga tinggal di tenda, memasak
untuk santap sepulang muncak. "Tetap bersama, ya", pesannya.
Usai melahap mie telor hangat,
saya sempatkan makan kurma dua biji sebagai energy booster karena jalur
pendakian ke puncak dari Kalimati terus menanjak.
14 JULI 2016
Pukul 12.10 dini hari.
Pemanasan dan berdoa, kami
meninggalkan tenda diantar @alfianmaruf dan mas Danny. Bergabung dengan barisan
pendaki lain yang sudah lebih dulu memulai summit.
Apa aja yang perlu kita bawa
summit? Ini nggak harus saklek begini sih, tapi mana tahu bisa jadi bahan
contekan/referensi :)
Isi daypack:
- air mineral secukupnya
- snack coklat/madu/kurma
- kain sarung
Opsional:
- oxycan
- minyak kayu putih/minyak
urut/minyak penghangat lainnya
- alas sholat
- kamera
- tripod
- termos berisi teh/coklat
hangat.
Intinya bawa seperlunya
secukupnya semampunya. Udaranya dingin banget di atas, sampe minyak urut jadi
beku, coklat hangat dalam termos jadi hilang hangatnya.
Perlengkapan pribadi yang nempel
di badan:
- base layer
- kaos/baju berlapis
- jaket gunung (dalemnya polar)
- kupluk
- sarung tangan
- buff
- head lamp
- kaos kaki
- sepatu gunung
- gaiter
- trekking poles
Pastikan menggunakan gaiter kaki dan
trekking poles kanan kiri. Akan sangat membantu kita di lepas batas vegetasi
medan berpasir, berbatu, & berkerikil. Keduanya untuk meminimalisasi pasir
masuk sepatu dan posisi kita nggak melorot banyak.
Kalo ngantuk jangan tidur. Kalo
capek nepi di tempat aman sekira tidak mengganggu/membahayakan diri sendiri
maupun pendaki lain.
Selalu waspada! Rawan longsoran
batu, perhatikan sekitar.
Tetap semangat dan berdoa.
Sejak dari Kalimati aku hanya
mengekor rombongan. Sempat berhenti untuk membenarkan posisi gaiter di sekitar
Arcapada. Di sini terjadi longsoran, sehingga tak mengenali Arcapada sejak
awal. Batu nisan memorial dan sempat melihat satu tenda di balik pohonan
sebagai penanda. Mendekati batas vegetasi, dapat ditandai dengan jalur setapak
dengan jurang di kiri kanan. Memasuki cadas, trek terjal berpasir. Mengikuti
cahaya head lamp pendaki lain yang mendaki lebih dulu. Dari bawah, cahaya
cahaya itu membentuk barisan ke arah puncak. Yang bisa ku lakukan adalah tetap
berjalan, dibantu dengan trekking poles di kiri kanan. Menancapkannya ke pasir,
menopang badan melangkah ke depan. fokus di pikiran, menjaga kebersamaan. Berempat
tak boleh ketinggalan. Jalurnya yang curam memaksa kaki menjejak lebar, trekking
poles menancap dalam. Kadar oksigen yang menipis membuat napas tersengal. Kalau
sudah begitu tak malu aku berteriak "break" bila ada tempat beristirahat
yang cukup aman dari ancaman longsoran. Sempat dilanda kantuk luar biasa
sementara puncak yang dituju tak nampak juga. I had to keep awake! berserah dan
terus melangkah. Sampai akhirnya ketika menjejak di ruang yang luas mendatar.
pekat malam bak panggung orkestrasi bintang bintang.
begitu nyata cahayanya, begitu dekat meraihnya.
bumi pun bercahaya, terhampar lampu kota di bawah sana.
titik titik cahaya mengular di punggung puncak para dewa.
aku sedang bergulat dengan diriku. lemahku, ketakutanku.
ketinggian dan dingin seperti sihir. tak mudah memijak kerikil dan
pasir.
empat selalu bersama. satu rehat yang lainnya juga. tak perlu berlama,
kembali menjejak segera.
terus maju, itu yang ku tahu. merapal doa dalam kalbu. pada gelap di
balik batu, ku bertemu Mahameru.
sunrise! dok. pribadi |
Alhamdulillah | dok. pribadi |
Pukul 03.50 dini hari.
Rasanya tak percaya. We made it!
Kami telah sampai di puncak. Seorang pendaki sujud syukur di antara bebatuan,
pendaki yang lain mengumandangkan takbir di bawah merah putih yang berkibar.
And i just got emotional. Hidung yang udah beler sejak pendakian, sekarang air
mata tak kuasa ditahan. Haru yang mendalam, tak tergambarkan. Alhamdulillah...
segala puji bagi Tuhan atas kesempatan yang diberikan 🙇.
Karena hari masih gelap dan
dingin yang luar biasa, kami turun lagi bergelung dalam sarung berlindung di
balik bebatuan di bibir puncak menanti fajar. Dan ketika remang fajar menggurat
angkasa, menebar hangat memeluk jiwa. Bersama pendaki lainnya menikmati indah
panorama. Pagi di puncak para dewa.
blrrrr...
.
.
.
Awalnya nggak ngeh itu suara apa.
Lagi menikmati matahari terbit kok tiba tiba para pendaki berlarian ke suatu
arah. Ada apa, pikirku. Pas nengok, MASYA ALLAH... sepersekian detik berikutnya
langsung ikutan lari juga ke arah kawah 😂 Jepret sekenanya dan
voila! Here it is, the famous Jonggring Saloka of Mahameru.
@rzhmda with the Jonggring Saloka | dok. pribadi |
Sebelum matahari semakin tinggi
kami segera turun balik ke Kalimati. Selambat-lambatnya pukul 09.00 para
pendaki dihimbau untuk turun dari Puncak Mahameru. Karena pertimbangan
perubahan arah hembusan angin dapat membawa asap belerang yang membahayakan
pendaki.
Pukul 09.40
Selamat makan! | dok. pribadi |
Kami sudah kembali berada di
tenda. Tanpa berlama, segera membantu mempersiapkan makanan. Having a brunch
after summit. Good food, good mood.
Siangnya kami kembali berjalan
menuju Ranu Kumbolo. Tambah semalam lagi menginap di sana.
“Besok pulang mau lewat jalur
berbeda? Lewat Ayek-Ayek”
15 JULI 2016
@hibatulramadhan, mas Danny, @rzhmda, @ruddin.sy, me, @alfianmaruf | dok. pribadi |
Pagi itu rasanya menyenangkan.
Hati bersuka cita melintasi luas padang sabana Ayek-Ayek. Sesekali berjalan
sambil bernyanyi bersahutan. Bahagia. Meski judulnya turun gunung, tapi trek
yang kami lalui setelah padang sabana itu terus menanjak! Langkah pun mulai
melambat. Akhirnya kami terpisah jauh dengan porter kami yang melesat di depan.
Kami berjalan dalam diam. Sepi. Tak ada rombongan pendaki lain yang lewat sini.
Sekalinya papasan sama rombongan porter, eh, kami dimarahin. Jadi ternyata
jalur Ayek-Ayek ini sebenarnya jalur tidak resmi. Hanya penduduk lokal yang biasanya
menggunakan jalur ini. Walah! Kami tidak pernah tahu tentang hal tersebut
sebelumnya. Sisa perjalanan kami lanjutkan dengan perasaan was-was. Kami harus
segera menyusul porter kami. Meski engap-engapan melangkah tapi kami tak boleh
lengah. Sampai akhirnya di ujung tanjakan kami bertemu kembali dengan porter
kami. Pfiuh ~
Setelah itu trek menurun sampai
masuk kawasan perladangan desa Ranu Pani. Lega rasanya. Melihat hijau perkebunan
dan tulus senyum selintas petani yang berladang, sapa hangat setelah perjalanan
panjang.
Pangonan Cilik*, Jalur Ayek-Ayek | dok. pribadi |
Terlepas dari pengalaman
pendakian Gunung Semeru ini, gue bersyukur banget bisa melewatkan momen pertambahan
umur di gunung. Gue bahkan lupa kalau berulang tahun. Nggak lupa sama sekali
sih, hanya saja nggak seperti biasanya yang pasti kebangun tengah malam
menyambut pergantian hari, lalu mantengin ponsel bacain notifikasi pesan masuk
berisi doa dan ucapan. Di gunung boro-boro bangun tengah malam. Capek mendaki
seharian bikin gue tidur nyenyak! Pas paginya bangun juga gue lupa kalau hari itu
gue ulang tahun. Secara ponsel nggak dapet sinyal juga, jadi kan nggak ada pesan
ucapan yang mengingatkan.
Ketika akhirnya gue menyadari hari
itu gue berulang tahun, gue bisa memaknainya secara lebih personal dengan
melihat keberadaan gue di gunung saat itu. Gue lebih tenang tanpa dibayangi fakta
bahwa gue bertambah tua. Gue bisa berkontemplasi melihat diri sendiri, apa yang
sudah gue lewati dan bagaimana gue akan menjalani kehidupan ini nanti. Seperti
dalam pendakian ini, gue belajar untuk berbagi, menahan ego diri, saling bantu
dan mendukung koordinasi demi suksesnya perjalanan hingga selamat kembali
pulang. Layaknya hidup bukan melulu soal diri kita sendiri. Dan apalah arti
hidup tanpa doa-doa yag menyertai.
Selamat mengulang tahun :)
happy me | dok. pribadi |
===
*Namanya Pangonan Cilik, sebuah
padang rumput yang luas 'di belakang' Ranu Kumbolo, jalur (gunung) Ayek-Ayek. Bolehlah
mampir sini kalo nge-camp di Ranu Kumbolo. Pemandangannya bagus banget. Sayangnya,
para pendaki tidak disarankan untuk mengambil jalur pendakian via Ayek Ayek karena
medannya yang cukup curam. Jadi, mengunjungi Pangonan Cilik-nya boleh karena
dekat Ranu Kumbolo, tapi kalo mau ambil jalur trekking dari dan/atau ke Ranu
Kumbolo-Ranu Pani lewat Ayek-Ayek, tidak direkomendasikan. Utamakan
keselamatan, ya.
===
Semeru emang pesonanya gak pernah abis.. dijalani dan dibayangi dan diceritakan.. semangat..semangat.. (diri sendiri)
BalasHapusmau berkunjung ke Semeru kah?
Hapus