Langsung ke konten utama

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)


Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan.

Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya. Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani.

Razia di bandara | dok. pribadi

Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan, logistik, sampai nyiapin badan. Di jalur pendakian nggak bakal nemu Ind*maret yang kalau kita lupa bawa barang apa bisa tinggal mampir beli.

check in bagasi di bandara Padang | dok. pribadi

Beberapa kali diajak naik gunung, gue selalu menyempatkan diri untuk berolahraga dulu beberapa waktu sebelum hari keberangkatan. Karena satu-satunya olahraga yang gue suka cuma lari, jadi ya gue usahain buat jogging sore atau pagi hari. Tapi jadi ketebak gitu. Kalau ketahuan sama ibu kos pasti langsung ditegor,”eh, tumben lari. mau naik gunung mana lagi?”.
Gue cuma bisa nyengir dan harus siap diinterogasi.

Nah, kali ini gue nggak sempet lari. Ya kapan mau lari? Senin siang bikin kesepakatan, Rabu siang udah harus terbang.

Nanti kita jalan santai aja ya…

Iya, nggak usah terlalu memaksakan diri

Dalam hati, doa aja deh gue banyakin. Pasrah, kalau ini jalan Tuhan kan pasti semua baik-baik saja. Aamiin…

at BIM before take off. Lombok, i'm coming! | dok. pribadi

Bandara Soekarno Hatta – transit

Karena waktu transitnya cukup lama, sekitar tiga jam, jadi kami melipir dulu ke toko kaset yang jualan ayam. Makan nasi pake ayam selagi bisa. Besok-besok di gunung bakal makan seadanya. Sekitar satu jam sebelum jadwal masuk pesawat kami pun berjalan menuju ruang tunggu. Ngantri screening.

“TEEET!”

Sekalipun gue nggak ngantongin barang logam, tapi mesin pendeteksinya pasti bunyi. Ya, gue nyantai aja diperiksa ulang, karena maklum, masih tertanam platina di lengan kanan gue karena patah tulang beberapa tahun silam. Aman.

Gue kembali merapat ke barisan untuk mengambil barang yang keluar dari alat pemindai.

ini tas masnya? bawa tripod ya?”, salah seorang petugas mendekat dan menanyai saya.

iya, mas”.

boleh tolong dibuka, saya lihat?

baik. sebentar”, gue menepi. Gue buka daypack kecil gue dan menarik kantong tripod pendek yang dimaksud lalu menyerahkannya kepada petugas muda itu. Kain pembungkusnya dibuka, tripod dikeluarkan, dilihat sekilas lalu sedikit ragu dia pun menghampiri petugas lain di belakang alat pemindai.

masnya cek tripod kecil gue, itu daypack gue yang warna oranye | dok. pribadi

maaf, mas. barangnya harus masuk bagasi, tidak bisa dibawa ke kabin”, petugas itu kembali mendatangi saya.

caranya?

silakan kembali ke counter check-in untuk drop bagasi

maksud saya, saya penerbangan transit. bagaimana caranya menyusulkan barang ke bagasi?

sebelumnya penerbangan dari mana?

Padang

penerbangan berikutnya jam berapa?

jam 8 ke Lombok”, which is +/- 30 menit lagi jadwal pesawatnya boarding. Mulai kepikiran bakal ketinggalan pesawat. Duh

boleh pinjam KTP-nya? sebentar ya mas”, dia kembali pergi berdiskusi dengan petugas lain sesaat setelah gue menyerahkan kartu identitas.

“guys, kalian duluan nggak pa-pa deh. daripada ketinggalan pesawat”, gue mulai nggak enak sama kawan-kawan yang lain secara mereka jadi tertahan karena nungguin gue.

enggaklah, kita tungguin. tenang aja”, terima kasih, geng!
 
mas, ini silakan diisi dulu. intinya buat pernyataan bahwa membawa tripod ke kabin tidak dipermasalahkan sewaktu di bandara Padang”, gue disodorin formulir pernyataan kosongan. Selain mengisikan data diri, disuruh bikin pernyataan sendiri, pakai kata-kata sendiri, sesuai arahan dari masnya. Gue rada bete tapi coba gue ikuti dulu ‘permainan’ ini.

nyusun kata-kata pernyataan yang ribet | dok. pribadi

 “maaf, mas. boleh dipegang sebentar tripodnya? sambil saya foto”, wait, WHAT??? Harus banget nih? Di sini? Depan orang-orang? Gue dongkol. Tapi mencoba tegar dan sabar. Gue jabanin deh! Meskipun sambil males-malesan. Masnya sepertinya tahu ketidaknyamanan gue.

udah berasa tersangka pidana :( | dok. pribadi
 
kemarin juga ada kejadian serupa, mas. gara-gara tripod juga. ya begini”, dia coba ‘menghibur’ gue.

padahal biasanya saya bolak-balik Padang – Surabaya nggak dipermasalahkan lho tripod kecil saya masuk kabin”, protes gue halus. Padahal tiga minggu lalu ambil rute Banjarmasin – Padang transit Jakarta juga aman-aman aja itu tripod masuk daypack gue. Secara kecil dan ringkas nggak makan banyak tempat.

ya beginilah mas, saya cuma mengikuti arahan. saya juga baru di sini”, deg! Apa iya ini masnya lagi diospek ya?

Rupanya belum kelar sampai di situ. Si masnya megang tripod gue dan ‘maksa’ nganterin gue ke gate keberangkatan. Yang ternyata gate-nya pindah, nggak sesuai sama yang tercantum di boarding pass. Jadilah berlima sama masnya jalan kaki antar-gate. Terus pas udah sampe gate yang bener dibawa ke meja resepsionis. Masnya nanya-nanya lagi sama petugas di sana. Terus nggak jelas, gue sama temen-temen berdiri menunggu tanpa kepastian padahal orang-orang udah lari-lari naik pesawat. Final call? OMG…

Jadi, gue nggak bisa masuk pesawat sebelum dibikin label dan tanda bukti buat tripod gue. Petugas yang bikinin masih sibuk ngurusin berkas/data penerbangan –yang entah apa itu, di balik meja. Saat itu ya gue cuma bisa menunggu sambil pasrah kalau-kalau ketinggalan pesawat.

And in the very last minutes, akhirnya tripod gue dipasangi label, tapi tetep disita dan nanti diambil pas gue udah sampai Lombok! Gue dikasih selembar bukti pengambilan barang untuk klaim tripod gue nanti. Yaudahlah, pokoknya yang gue tahu gue harus segera nyusul naik ke pesawat.

Dan di Lombok gue hampir kecele ketika nunggu si tripod ini kok lama nggak lewat-lewat di ban berjalan pengambilan bagasi. Padahal keril kami sudah lengkap semua nangkring di troli. Akhirnya gue melipir nyari petugas tanya soal pengambilan tripod gue. Baru lah gue diarahin ke ruang kecil nggak jauh dari ban berjalan pengambilan bagasi, yang gue asumsikan sebagai pos lost and found atau semacamnya.

Tripod gue memang kembali. Tapi rentetan prosedural yang nggak jelas ini seharusnya bisa diperbaiki. Oke, mungkin gue salah. Nggak seharusnya bawa tripod ke kabin. Kalau memang seharusnya peraturan dan kebijakannya demikian, ya tolong disosialisasikan. Gue pribadi nggak lihat petunjuk atau peringatan terhadap larangan membawa tripod di area bandara. Toh sampai terakhir gue terbang tiga minggu sebelumnya dan transit di Soetta juga, tripod kecil gue itu masuk kabin juga nggak ada masalah. Jika ini peraturan baru dan bandara Soetta menerapkan larangan ini, lalu kenapa di bandara Padang tripod gue bisa lolos screening? Standar ganda?

wah, berarti bandara Padang yang salah. ini akan jadi laporan buat Padang”, gue kaget juga sama kesimpulan masnya pas gue protes.

Anyway, masukan buat yang punya wewenang bikin kebijakan di bandara begini:

  1. Tolong diperjelas terkait aturan/kebijakan barang yang dilarang masuk kabin.
  2. Bikin daftarnya dan pasang dari sejak pemeriksaan/pemindaian barang di pintu masuk.
  3. Acknowledgment dari petugas bandara akan sangat membantu, jadi pastikan juga semua petugas tahu dan paham terkait aturan ini, biar bisa memberi peringatan kepada penumpang untuk membagasikan barang bawaan yang dilarang masuk kabin.
  4. Kalaupun ada penumpang yang terjaring pada gate pemeriksaan sebelum masuk ruang tunggu, khususnya seperti yang saya alami, apabila diharuskan mengisi formulir pernyataan, tolong dipersiapkan format/template-nya sehingga penumpang tinggal mengisi data yang diperlukan saja.
  5. Tolong dikaji ulang juga terkait pengambilan gambar penumpang dan barang yang tidak lolos screening layaknya seorang pelaku kejahatan.
  6. Sediakan meja/booth petugas tersendiri di sekitar gate pemeriksaan sebelum masuk ruang tunggu untuk menangani masalah seperti ini. Pastikan petugasnya memiliki pengetahuan dan kecakapan yang memadai untuk memproses perkara secara jelas dan cepat. Jadi penumpang tidak perlu khawatir ketinggalan pesawat.

Gue bersyukur bisa punya pengalaman ini, meskipun sempat dongkol tapi gue bisa berbagi cerita ini yang semoga menjadi pembelajaran bagi kita bersama. Semoga dunia penerbangan (khususnya pengelola bandara) Indonesia dapat terus berbenah menuju ke arah lebih baik. Aamiin…

================

Dua hari kemudian..

Chat WA:
X: Asli, tripod harus bagasi. lo kemarin bawa tripod nggak?

Dua hari setelah kejadian yang menimpa gue, teman kos mengirimkan pesan tersebut ketika dia berada di bandara Padang hendak terbang pulang ke Jakarta.

================

Disclaimer: kisah berdasarkan pengalaman pribadi yang terjadi pada tanggal 26 April 2017.

Bagi yang punya pengalaman serupa boleh banget lho sharing di kolom komentar.

Semoga bermanfaat :)

Komentar

  1. Belum pernah kejadian tripod kena razia begini cuma mikir juga kalo lain kali harus naik pesawat.. biasanya kan kita lebih nyaman nenteng tripod apalagi kalo ukurannya udah kecil.. tapi daripada ribet next time masuk bagasi aja deh..

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali. saya juga jadi belajar dari pengalaman ini :)

      Hapus
  2. tripod aja seperti ini apalagi laptop ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laptop aman, diperbolehkan dibawa ke kabin kok. Tapi pengalaman di beberapa bandara (domestik) menerapkan kebijakan agar laptop dikeluarkan dari tas saat screening :)

      Hapus
  3. setauku sih , harmful tools (termasuk tripod, selfie stick atau yang bisa buat nggepuk lainnya) emang ga boleh masuk kabin kecuali sudah berijin ada sertifikat nya.
    Di aturan international flight sering aku baca sih hehhee...
    Nice info anw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, la... tapi kadang penerapan aturannya belum konsisten jadi ada semacam standar ganda (khususya di penerbangan domestik sih). alhamdulillah juga dua bulan lalu di penerbangan internasional tripod ku itu aman-aman saja, mungkin belum beruntung saja nasibnya si tripod waktu kena razia ini hehe

      Hapus
  4. Ane pernah tu gan.
    Kena razia tripod trs disuruh masukin bagasi gak boleh bawa ke kabin. Eh gataunya, patah gara2 tau sendiri deh barang kalo di bagasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh, terus gimana gan? ada kompensasi kah dari maskapainya? atau diikhlasin aja?

      Hapus
  5. Saya pernah juga kejadian soal tripod yg gak dibolehin masuk kabin di Bandara A Yani Semarang dan Bandara Sepinggan Balikpapan. Sejak itu, tripod selalu masuk bagasi. Ribet yak, masa cuma "mbagasiin" tripod (kecil pula) :-(

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mungkin setidaknya ada kejelasan regulasi terkait tripod ya, misal ukuran tertentu boleh masuk kabin :)

      Hapus
  6. Duh ribet bener yaa.. thanks infonya hep...

    untung gak ketinggalan pesawat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bar Alhamdulillah, semoga bisa jadi pembelajaran bersama :)

      Hapus
  7. gw november kemarin ke Macau (via Air Asia) bawa tripod dengan lugunya ke cabin aman aja baik pergi dan pulang..pas balik cerita2 sm temen yg ke korea (via Garuda),tripod ditahan dan harus masuk bagasi..skrg jd takut bawa tripod msuk cabin..pdhl sebelumnya anteng wae...thanks sharing nya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Air Asia masih aman ya berarti. Beberapa minggu sebelum kejadian ini saya juga naik Air Asia dari Surabaya ke beberapa negara Indocina via KL juga aman pergi pulangnya bawa tripod tersebut ke kabin. Tapi memang tetap harus diantisipasi sih seperti mempertimbangkan beralih ke tripod kecil non logam kalau mau bawa masuk kabin :)

      Hapus
  8. Saya kena juga nih di Husain Sastranegara, jadi dengan terpaksa ya rela aja dah itu monopod kena sita :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul. Aku jg di Husain Bandung.

      Hapus
    2. semoga nanti bisa dapat ganti monopod yang baru ya... berarti aturan ini udah mulai diberlakukan secara konsisten ya, jadi bisa diantisipasi untuk bagasiin tripod dari awal. nice share :)

      Hapus
  9. Saya kejadian barusan. Ini nulis komen sambil duduk nunggu di bandara buat boarding. Asli bete! Tripod harus masuk bagasi padahal waktu scan pertama diem2 aja mereka, pas scan kedua masuk waiting floor malah disuruh keluarin dan harus dibagasiin bla bla bla. Aku orgnya cpt emosian, jd yaudah aku tinggalin aja. Sambil diem aja walau petugasnya udah bilang gini gitu dan makasih. Malah pas jalan tas gw kesandung tempat hape dll yg buat masuk di scan, jatoh tu tempat. Haha ckck emang ya.. ga jelas. Bete.

    BalasHapus
    Balasan
    1. i feel you... gondok gitu ya rasanya, hehe saat ini saya mau coba pake tripod kecil yang bahannya bukan dari metal biar bisa masuk bagasi. coba nanti saya update lagi kalau berhasil ya :)

      Hapus
  10. Pernah juga kaya gini gan, trus akhirnya saya ngikutin aja arahannya buat masukin ke bagasi lagi, untung masih keburu

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, gan. untungnya masih ada spare waktu ya... kalau yang hobi mepet-mepet jam mah harus merelakan kali ya hoho

      nice share gan,

      Hapus
  11. Heran juga, aku juga pernah tuh tripod kecil disuru masuk bagasi. Tapi beberapa hari lalu temenku katanya bawa tripodnya ditenteng aja, bisa lolos ke kabin pulang pergi.

    Kutanya lagi ke grup wasap, jawaban juga beda beda. Ada yg diminta masuk bagasi, ada yang langgeng naik ke kabin

    Terus karena penasaran banget aku tanya ke twitter nya garuda, katanya kalo tripod mesti masuk bagasi. Kujadi makin bingung ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. setau saya peraturannya memang harus masuk bagasi untuk benda berbahan metal lebih dari 5 cm (kalau nggak salah inget) atau benda lain yang sekiranya bisa membahayakan penumpang. cuma memang pas kejadian ini sosialisasinya masih belum optimal. tapi mengingat curhatan/pengalaman rekan-rekan berarti kebijakan ini sudah mulai diterapkan secara konsisten. hanya saja mungkin di beberapa bandara belum begitu tegas mengaturnya. jadi solusinya kalau nggak beralih ke tripod berbahan non metal supaya bisa masuk kabin, bisa juga dari awal check in sudah langsung masuk bagasi saja daripada kena razia :)

      semoga bermanfaat

      Hapus
  12. Maaf kak, mau nanya kalo kamera di bawa ke kabin bisa kan? Makasih banget pengalaman nya kak. Buat antisipasi aku sebelum flight. Manfaat banget info nya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa kok, yang dilarang lebih ke barang-barang dari besi/metal yang bisa dimungkinkan untuk digunakan sebagai senjata/melukai orang.

      anyway, have a pleasant flight ya :)

      Hapus
  13. Jari ini (sekarang gw masih dibandara) kejadian nya sama persis naik lion tujuan jkt - mlg.

    Karena gw baik.hati dan males bgd mau balik lagi ke bawah (tempat check in dan ngantri lagi yg panjangnya kaya gerbong kereta barang itu) setelah berusaha debat kecil dan protes ringan mereka tetap palsa di bagasikan akhirnya saya bilang.

    "AMBIL SAJA TRIPOD INI UNTUK ANDA, SAYA SUMBANGKAN"

    BalasHapus
    Balasan
    1. mengalami kejadian yang sama, ya. mantap juga itu closing statement-nya. semoga menjadi pahala juga atas sumbangannya :)

      Hapus
  14. Wah banyak yang Tanya sih tentang masalah tripod ini. Saya juga baru tahu kalau tripod dilarang Masuk kabin. Next kalau bawa tripod mendingan Masuk bagasi Aja deh daripada beribet urusannya.
    Thank you udah share pengalamannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, mending langsung masuk bagasi aja tripodnya. tapi kalau lagi terbang nggak pakai bagasi, bisa diakali ganti tripodnya yang non logam, semisal pakai gorilla-pod kecil berbahan atom :)

      Hapus
    2. Klo skrg bagasi dah berbayar, kita ga ada bw an yg musti d bagasiin, apa hrs bayar bagasi buat tripod doank yg pjgn ga sampe 50cm

      Hapus
    3. daripada ribet sepertinya kita harus mengalah untuk mencari alternatif lain, semisal beralih ke tripod kecil berbahan non-logam sehingga bisa dibawa masuk kabin :)

      Hapus
  15. Wah tripod ja gt y, kalo bawa ringlight kira2 boleh g ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah kalau ringlight belum pengalaman sih. tapi amannya masuk bagasi aja kali ya, sama minta diklasifikasikan 'fragile'. intinya kalau di kabin barang logam, ukuran agak besar yang dinilai bisa jadi alat untuk melukai orang lain biasanya dilarang.

      Hapus
  16. Barusan banget relain tripod kecil buat mirrorles. Di minta bawa ke counter maskapai buat masukin ke bagasi. Udah gak cukup waktunya, nulis ini rasanya pengen nangis, kyk gak adil gitu. Emang aku mau bejek2 mata orang di cabin pakai tripot itu ?? Ukurannya cm 30 cm kok... pengen nangis, soalnya mau liburan. ������

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh, di mana nih kejadiannya? penerbangan domestik/internasional? maskapai apa? tripodnya dari bahan apa? jadi deg-degan juga mau pergi bawa tripod kecil (lagi)

      Hapus
  17. Mau beli tripod ribet juga ini ternyata, apalagi selama ini nggak pernah sama sekali penerbangan pake bagasi :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa diakali pakai tripod kecil berbahan non-logam. saya juga sering nggak beli bagasi tapi tripod kecil saya yang berbahan non-logam (yang saya beli setelah kejadian ini) aman terus selama ini masuk kabin. sila dicoba :)

      Hapus
    2. Hallo kak. Mau nanya. Tripod non logam kalo nyari di to*ped apa yah keywordnya?? Makasihh

      Hapus
  18. Nih kejadian fresh di bandara Pontianak. Mendadak tripod tak boleh lewat. Padahal selama ini sudah bawa jalan ke mana mana. Untung ada mas penjaga toko yg bersedia dititipi. Jadi pas pulang hari Sabtu nanti ambil sama dia. Hati dongkol banget ga bisa foto berdua lagi dengan pasangan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. syukurlah ada yang bisa dititipin ya, aman ya berarti. mungkin next time bisa diakali beli tripod kecil berbahan non-logam. bisa masuk kabin kok.

      Hapus
  19. misal pake gorilla-pod, kira2 aman gak ya masuk koper cabin ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya rasa tergantung materialnya, sejak pengalaman ini saya bawa gorilla pod, tapi bahan atom dan ukurannya kecil jadi aman masuk kabin.

      Hapus
  20. Wah, saya mo terbang nih pake sriwijaya bawa tripod yg gede bang. . Brrti bagasi juga dong ya.. ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. untuk antisipasi sebaiknya masuk bagasi saja :)

      Hapus
  21. Saya baru disita tongsis huawei AF15 saya disita di bandara JUANDA SURABAYA.... bete abissss...... tau gitu tongsis aku titipin mas2 jaga tempat makan deh drpd disita... ngeblank banget akhirnya direlain aja deh (padahal.ampe skrg kaga rela) . Buat yg mo traveling masukin bagasi aja...

    BalasHapus
    Balasan
    1. turut berduka, semoga bisa ikhlas dan dapet ganti yang lebih baik dan ramah kabin ya

      Hapus
    2. Iya om makasih ya... mo beli tongsis lagi. Ada recomend ngga om yg bagus yg mana :)

      Hapus
    3. wah ini sih bergantung kebutuhan dan selera, sih hehe

      Hapus
  22. Kak maaf mau nanya ni, kalau penerbangan internasional ke kl pakai maskapai air asia, sprti stabilizer hp merek dji osmo mobile gitu bagusnya masukan cabin atau bagasi ya. Karna saya insya Allah perdana ke luar negri ni. Yg seblumnya penerbangan domestik alhamdulillah masuk cabin (saya masukin ke tas ransel saya) aman dan diperbolehkan untuk dibawa ke cabin. Mnrt kk gmna ya? Terima ksh kaka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jadi aman yang bawa gimbal handphone? kalo dji osmo itu baterai tanam ya?

      Hapus
    2. Halo, Ayu. Kalau menurut saya harusnya nggak masalah, tapi untuk antisipasi, bisa datang lebih awal ke bandara antisipasi kalau gimbal tersebut harus 'dititipkan' seperti yang saya alami.

      Good luck and have a wonderful trip ya :)

      Hapus
    3. Nak saya nanti mlm mau ke kl pake air asia juga. Teus besokan nya ke hongkong dan Aku ga beli bagasi. Aku bawak tongsis merek mixacc . Itu kalo di panjangin sekitar 160 cm di pendekin Ukursn 30 cm aja. Klo dipanjangin dia ada bahan besi mas. Klo di tutup/pendekin dia bahan non besi. Boleh ga ya masuk cabin. Mohon dijawab🙏🏻

      Hapus
  23. halo, menurutku sih harusnya nggak masalah masuk kabin secara kan stabilizer ponsel nggak terlalu besar ya. tapi kalau memang punya bagasi dan dirasa aman, bisa ditaruh bagasi aja. selamat menjelajah dunia :)

    BalasHapus
  24. Pernah waktu itu dari cgk ke dps aman tripod bisa masuk cabin eh pas balik dari dps ke cgk harus taruh dibagasi, untung waktu check-in ga terlalu mepet jadi masih keburu taruh dibagasi.. skrg jadi was was kalo mau bawa tripod ke cabin, apalagi pesawatnya ga pakai bagasi 🙈

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul sekali, kadang di bandara satu dan lainnya ada perbedaan penerapan kebijakan. karena itulah, jadi sekarang beralih ke tripod kecil bahan non-metal

      Hapus
  25. Kalau stabilizer utk kamera misal moza air brrti gak bisa masuk kabin ya mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau bahannya metal sebaiknya diantisipasi dan ditaruh di bagasi saja.

      Hapus
    2. Kalo g ada bagasi gimana. ? Apakah harus bayar bagasi dl baru bisa d masukin k bagasi?

      Hapus
  26. kalo gimbal handpone yang ada baterai tanamnya gimana gan? jadi binggung saya. gimbal tersebut plastik

    BalasHapus
    Balasan
    1. harusnya sih nggak masalah masuk kabin, apalagi kalau ada baterai tanamnya kan memang sebaiknya di kabin saja.

      Hapus
  27. Saya jg baru tahu kalau tripod tdk boleh dibawa ke kabin pdhl jg masuk back pack, sengaja bawa tas yg kecil supaya ga perlu masuk bagasi. Masalahnya bagasi skrg bayar, masa harga tripod 100 bagasinya 200? Untung ada temen yg bisa dititipin, ga jadi bawa tripod buat traveling

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul, kita harus mengantisipasi perkara tripod ini. kalau memang tidak perlu banget bisa di-drop dari daftar barang bawaan. kalau memang perlu atau kebutuhan dukungan profesi, ya sebaiknya masuk (beli) bagasi. atau kalau nggak beli tripod kecil berbahan atom saja sebagai ganti.

      Hapus
  28. Gua pas tempat scan barang sama, ditahan. Tas diperiksa, dan yaap tripod gua gak bisa masuk cabin. Gua disuruh dong drop ke bagasi tapi konyolnya gate gua dipanggil buat masuk pesawat. Untungnya keluarga gue masih ada diluar bandara, gua suruh titip aja daripada gua antri lagi ditempat chek-in gua bisa ketinggalan 🤣🤣

    BalasHapus
  29. Barusan td kena di bandara hang nadim batam..padahal kemarin2 perginy transit lewat sono jg gpp..eh pas pulang disuruh masuk bagasi..barangnya kecil pun jd masalah..ada yg lewat ada yang nggak..bahkan perginya lewat..mgkin pas perginya mesin scannya error x...mana waktu dah mau mepet...

    BalasHapus
  30. berarti kalo bawa tripod masuk koper bareng baju trus dibagasin boleh ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. boleh, yang penting ga masuk bagasi kabin aja sih, perlakuannya sama untuk barang tumpul lain kayak tongsis, raket (tenis, badminton dsb), tongkat baseball dll.

      Hapus
  31. senasib hehehe. Gw lagi dinas ke balikpapan untuk shooting, tapi pas di soetta kaget juga pas ternyata ga boleh bawa tripod ke kabin. untungnya petugas screening soetta sangat membantu buat dibikin "bagasi dadakan", setiba di balikpapan tinggal ambil bagasi trus kasih bon. Tapi walaupun begitu tetep panas dingin karena waktunya mepet banget dengan take-off.

    BalasHapus
  32. Sama gw juga kena ==.
    Pas pemeriksaan waktu dah mepet jadi ga sempat taruh tripod ke bagasi.
    Akhirnya di sita.
    Begitu balik pulang mau ambil tripod, bilangnya maaf pak barangnya hilang..
    Ngomong aja diambil buat kado anak ==.
    Pengalaman pahit..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain...

Bro (Travel)Mate

Salah satu ‘ partner in crime ’ ku telah memulai fase kehidupan baru: Menikah. Ku turut bahagia dan ingin memberikan sebuah ‘kado kecil’ ini untuknya. Sekilas cerita kami dalam banyak kesempatan melakukan perjalanan bersama. Awalnya aku join kompetisi menulis cerita bertema travelmates pada tahun 2014. Dua puluh naskah terpilih akan dibukukan. Aku senang sekali ketika menerima email dari penyelenggaranya bahwa ceritaku terpilih. Belum berkesempatan punya buku sendiri, setidaknya ini bisa menjadi salah satu cara agar karyaku bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi kalau teman seperjalananku juga membacanya. Dia yang menjadi objek cerita, ku harap bisa menjadi sebuah persembahan untuknya. Karena satu dan lain hal, buku kumpulan cerita itu belum menemukan takdir penerbitannya. Jadi, cerita ini belum sempat dibacanya. Ku ingin (sekali lagi) mencoba untuk menyampaikan ini padanya. Jadilah ku sunting naskahnya dan ku unggah di laman blog pribadiku ini. Here we go… ...