Langsung ke konten utama

Hutan Kota Tulungagung

"Hutan kota adalah hutan atau sekelompok pohon yang tumbuh di dalam kota atau pinggiran kota. Dalam arti yang lebih luas bisa berupa banyak jenis tanaman keras atau pohon yang tumbuh di sekeliling pemukiman. Hutan kota bisa merupakan hutan yang disisakan pada perkembangan kota atau sekelompok tanaman yang sengaja dibuat untuk memperbaiki lingkungan kota." - Wikipedia



Kabupaten Tulungagung menjadi salah satu dari 13 kota di Indonesia yang ramah anak-anak. Taman Kusuma Wicitra atau biasa dikenal dengan Alun-Alun Tulungagung dinilai mampu memfasilitasi warga kota sebagai sarana rekreasi keluarga yang berorientasi lingkungan. Belakangan, pemerintah daerah setempat membangun hutan kota yang diharapkan mampu menjadi objek wisata alternatif bagi keluarga yang bukan hanya memberikan hiburan yang rekrestif tetapi juga edukatif di samping fungsi utama hutan kota sebagai kawasan hijau penyeimbang ekosistem lingkungan perkotaan.

Hutan Kota Tulungagung terletak di desa Ketanon, Kedungwaru, sekitar tiga kilometer sebelah utara pusat kota Tulungagung. Memasuki pintu gerbang Hutan Kota Tulungagung (HUKOTA), kita akan disambut oleh taman yang asri dengan beragam jenis tumbuhan dengan penamaan identifikasi dan nama latin masing-masing tanaman. Tanaman hias dan perdu memberikan kesan hijau dan tenang. Tata ruang taman yang juga dilengkapi dengan sarana bermain anak (playground) berkonsep warna-warni menawarkan kesan rekreatif yang meneduhkan.

Gerbang HUKOTA


bangku melingkar di tengah-tengah taman

salah satu sudut taman bermain

sudut taman dengan mural dan kolam ikan

Bagian hutan dari HUKOTA sendiri berada di sudut belakang, berdampingan dengan lapangan bola. Di hutan ini kerindangan pohon-pohon yang tinggi menjulang memberikan kesan menyejukkan. Jogging track dibangun mengelilingi kawasan hutan kecil ini juga tak lupa ada terdapat pula jalanan dengan batu-batuan yang sengaja ditempel sebagai lintasan refleksiologi. Dinding yang mengelilingi kawasan HUKOTA ini pun dipenuhi mural-mural bertemakan sadar lingkungan yang merupakan buah karya anak-anak Tulungagung. Sebuah kantor pengelola dan penelitian ditempatkan di sudut lain HUKOTA ini.





refleksiologi track


Waktu yang tepat untuk mengunjungi HUKOTA yang diresmikan oleh Bupati Tulungagung pada 8 Maret 2012 ini adalah pada pagi atau sore hari. Pagi hari Anda dapat bersepeda keliling kota untuk kemudian singgah di HUKOTA menikmati udara pagi dengan lari berkeliling. Atau sore hari saat matahari mulai condong ke barat, Anda dapat menghabiskan waktu bersama keluarga duduk bercengkrama juga menikmati sarana rekreasi yang ada. Anda tidak akan dipungut biaya masuk, hanya cukup membayar parkir kendaraan seharga Rp1.000,00.



mural sadar lingkungan

Komentar

  1. Jakarta kurang banget yang namanya taman kota :(

    Nice posting mas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe Jakarta banyak loh taman kotanya, Taman Menteng, Taman Surapati, Taman Makam Pahlawan Kalibata #eh hehe

      Alhamdulillah banget kota kelahiran saya ini ada Hutan Kotanya, bisa menjadi objek wisata alternatif yg menyegarkan dan dekat dari rumah.

      terima kasih sudah mampir :)

      Hapus
    2. gak di sangka, dulu buat nongkrong cari/curi buah2an yang jatuh... dan bermain sepakbola... sekarang back to jungle.. hahahahaaaaa...

      Hapus
    3. hehe tempat 'bersejarah' dong ya! biarpun back to jungle tapi belum ketemu tarzan pas berkunjung ke sini(loh?)

      setidaknya kota kita punya ruang hijau yang cukup :)

      Hapus
  2. salam kenal.... saya kemarin juga baru dari Hukota, sebenarnya tempat itu bisa jadi alternatif untuk rekreasi selain alun-alun, tempatnya juga lebih luas, sayang kurang dikenal...

    http://kikukaken.blogspot.com/2012/08/hutan-kota-tulungagung_25.html

    BalasHapus
    Balasan
    1. HALO! iya betul sekali. semoga melalui postingan artikel mengenai HUKOTA ini dapat menjadi sarana pengenalan objek wisata alternatif tersebut :)

      terima kasih sudah mampir...

      Hapus
  3. Suer om, tinggal 1 kota yg belum tak datengi di JATIM, kota itu ialah ya Tulungagung ini, g pernah bisa kesampeyan bisa nginjek kota ini.. :'(

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, sayang sekali. ayolah digenapkan mengkhatamkan traveling Jawa Timurnya. Kunjungi kota kecil tanah kelahiran saya ini, sekalian monggo mampir ke rumah :)

      mungkin untuk preview pariwisata Tulungagung boleh mampir di http://escaped-traveler.blogspot.com/2012/02/sumber-wikipedia-saya-ingin.html

      terima kasih,

      Hapus
    2. Tirakatnya ditambah aja bro!!!.
      Maklum banyak petilasan.
      Huehehe 22x.

      Hapus
  4. permisi.. ngomplitin lagi ya..
    saranin jangan lupa untuk keliling2 Tulungagung ya..
    untuk sedikit referensi.. disebah utara ada Gunung wilis dengan ketinggian 2552mdpl dengan pemandangannya hutan tropis yang masih alami dan hutan pinus serta beberapa air terjun yang masih alami.. disebalah barat ada waduk terluar se asia tenggara.. waduk wonorejo. disebelah selatan ada puluhan pantai yang masih asri dan bagus.. kalau beruntung kadang juga sempet menemukan penyu beretelur..
    oh.. ya tambahan kalau mau keliling Tulungagung bisa hubungi saya kok.. hehehe!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe siap! sudah kontak-kontakan kan kita? :)
      terima kasih ya

      Hapus
  5. Kalo ngujang mungkin gak ya, dijadiin taman kota. Kan banyak pohonnya. Bonus monyet tentunya.
    Lumayan buat nambah penghijauan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduh, lha kalo jadi hutan kota nanti yang bersemayam di dalam makam makam itu bagaimana? hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,...

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain...

Bro (Travel)Mate

Salah satu ‘ partner in crime ’ ku telah memulai fase kehidupan baru: Menikah. Ku turut bahagia dan ingin memberikan sebuah ‘kado kecil’ ini untuknya. Sekilas cerita kami dalam banyak kesempatan melakukan perjalanan bersama. Awalnya aku join kompetisi menulis cerita bertema travelmates pada tahun 2014. Dua puluh naskah terpilih akan dibukukan. Aku senang sekali ketika menerima email dari penyelenggaranya bahwa ceritaku terpilih. Belum berkesempatan punya buku sendiri, setidaknya ini bisa menjadi salah satu cara agar karyaku bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi kalau teman seperjalananku juga membacanya. Dia yang menjadi objek cerita, ku harap bisa menjadi sebuah persembahan untuknya. Karena satu dan lain hal, buku kumpulan cerita itu belum menemukan takdir penerbitannya. Jadi, cerita ini belum sempat dibacanya. Ku ingin (sekali lagi) mencoba untuk menyampaikan ini padanya. Jadilah ku sunting naskahnya dan ku unggah di laman blog pribadiku ini. Here we go… ...