Langsung ke konten utama

Unforgettable Journey with Trinity Traveler

25 Mei 2012


Prolog:

Entah mimpi apa saya semalam. Bisa-bisanya saya sekarang sedang duduk berbincang ringan bersama Trinity The Naked Traveler dalam satu meja makan...


***

Sore itu mentari beringsut perlahan kembali menuju peraduannya. Sinar jingga yang mengangkasa menemani langkah kaki saya menyusuri trotoar usai turun dari metromini 71 Bintaro-Blok M untuk menuju salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta Selatan. Pukul 18.00 nanti akan digelar talkshow bertemakan 'Perjalanan Tak Terlupakan' dengan Trinity sebagai narasumbernya. Acara ini terintegrasi dalam rangkaian gelaran Jakarta International Travel Fair yang berlangsung tanggal 25 s.d. 27 Mei 2012 di Skenoo Exhibition Hall 3rd floor Gandaria City.

Saya begitu bersemangat untuk menghadiri acara tersebut. Alasan utama saya tentu karena hadirnya Trinity yang akan bercuap-cuap membagikan ilmu traveling-nya secara langsung! Kesempatan seperti ini tentu tidak akan pernah saya lewatkan (lagi); bertemu secara langsung dengan seseorang yang menginspirasi saya untuk melakukan perjalanan melihat dunia.

***


Saya mempercepat langkah kaki menuju Skeno Hall. Satu hal yang saya cari begitu sampai di sana adalah letak panggung utama. Mata saya menyapu ke seluruh sudut aula pameran itu. Sampai akhirnya saya dapati keriuhan pentas tari-tarian di atas panggung dengan sorot tata lampu yang mengagumkan. Saya menghela napas. Syukurlah talkshow-nya belum dimulai, batin saya. Segera saya menempatkan diri untuk duduk di antara jajaran bangku di depan panggung yang masih kosong. Antusiasme saya semakin terpacu ketika pembawa acara kembali menguasai panggung saat para penari menghilang di balik layar. Perempuan itu membacakan sekilas tentang biografi Trinity sebelum kemudian sosok yang dinantikan pun menampakkan diri.




Tak mampu berkata-kata hanya tertegun memandang kagum padanya. Cerita perjalanannya yang diunggah pada blog pribadinya sampai kemudian dibukukan ke dalam tiga seri The Naked Traveler serta tiga buku lain, Duo Hippo Dinamis: Tersesat di Byzantium, The Journeys, dan yang terbaru Travelove, sudah pasti telah menginspirasi banyak orang di luar sana untuk berpertualang melihat dunia –termasuk saya. She’s so adorable! Penampilannya yang sederhana ala traveler memukau hadirin yang menantinya berbagi pengalaman jalan-jalan.




Dengan tekun saya menyimak bincang hangat seputar traveling. Tak ingin menyiakan kesempatan, saya pun turut melemparkan pertanyaan saat pembawa acara mempersilakan hadirin untuk menyampaikan uneg-uneg-nya kepada Trinity. Berikut rangkuman informasi penting yang berhasil saya himpun dari sesi tanya jawab pada acara tersebut.

Me:
 “Bagaimana tips & tricks kontrol keuangan saat backpacking?”

Trinity:
“Buatlah anggaran pengeluaran harian. Semisal kita menganggarkan 20 dolar/hari. Jadi, gunakan 10 dolar untuk membayar penginapan, dan 10 dolar untuk uang makan. Pengeluaran untuk makan ini pun bisa kita variasikan namun tetap pada penganggaran 10 dolar tadi, seperti 3 dolar untuk sarapan, 4 dolar untuk makan siang, dan berarti kita harus mencukupkan sisa 3 dolar untuk makan malam. Satu lagi yang tidak kalah penting dalam menghemat biaya perjalanan, lupakan belanja! Hindari kebiasaan untuk membeli oleh-oleh saat berkunjung ke suatu tempat.”

Audience 1:
“Bagaimana cara kita mencuri waktu di tengah kesibukan kuliah untuk traveling? Bisakah kita memanfaatkan beasiswa studi di luar negeri untuk jalan-jalan?”

Trinity:
“Saya akan menjawab pertanyaan ini, tapi berjanjilah untuk tidak memberitahunya kepada orang tua kalian. NGGAK USAH LULUS KULIAH CEPAT-CEPAT. Saya lebih bangga lulus kuliah 5 tahun tapi sudah traveling ke mana-mana, daripada lulus kuliah 3 tahun nggak ke mana-mana. Percayalah, waktu liburan terpanjang seumur hidup kita adalah saat kuliah. Pada masa remaja di sekolah, kita memiliki banyak waktu dan tenaga, tapi duitnya yang nggak ada. Ketika kita sudah bekerja, menjadi karyawan misalnya, ada tenaga dan duit, tapi waktunya yang nggak ada. Dan begitu kita telah lanjut usia (baca: tuwek), ada waktu ada duit, tapi tenaganya nggak ada. Jadi di masa kalian kuliah itu manfaatkanlah dengan traveling! Duit dari mana? Ya nyambi kerja dong! Dulu saya kuliah sambil bekerja. Saya bahkan sempat bekerja sebagai SPG (Sales Promotion Girl) di pameran loh… saat itu saya masih langsing! Hehe…”

Audience 2:
“Apa sih hal yang harus diperbaiki untuk pariwisata di negeri kita?”

Trinity:
“Kemudahan akses dan optimalisasi sarana prasarana yang mendukung kegiatan pariwisata. Indonesia memiliki banyak tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, hanya saja akses untuk mencapai tempat-tempat tersebut sering kali terkendala karena medan transportasi yang belum tertangani dengan baik”

Pembawa Acara:
“Nah, kalau liburan ada rekomendasi ke mana yang paling murah?”

Trinity:
“BEKASI! Hehe… the closer, the cheaper. Yang jelas semakin dekat destinasi liburan kita tentunya biaya yang kita keluarkan akan semakin sedikit. Lagipula liburan itu tidak perlu jauh-jauh. Mulailah mengunjungi objek-objek wisata yang ada di kotamu. Setidaknya dengan begitu kita bisa lebih mengenal kota kita, bukan?”

Kurang lebih begitulah cuplikan talk show “Unforgettable Journey with Trinity Traveler”. Jadi intinya siapapun berkesempatan untuk dapat jalan-jalan bahkan berkeliling dunia. Tinggal bagaimana keberanian kita untuk beranjak dari zona nyaman kita, keluar rumah dan melihat dunia –setidaknya kita menjadi tahu seluk beluk kota tempat tinggal kita. Segala hal bisa saja diakali. Rencana perjalanan yang disusun secara matang tentunya lebih disarankan meski demikian impulsive traveling yang tanpa perencanaan pun juga dapat menjadi pilihan bagi Anda yang menyukai tantangan dan kejutan. Apalagi para pemuda yang diliputi gejolak rasa ingin tahu sudah seharusnya berkemas dan menyandang ransel untuk kemudian menjelajah dunia selagi (masih) ada tenaga. Bekerja paruh waktu atau menyisihkan sedikit demi sedikit uang jajan untuk ditabung secara tekun bisa menjadi sebuah tindakan penting bagi siapapun (remaja/pemuda) yang berniat melakukan suatu liburan/perjalanan. Kesempatan selalu ada, tinggal bagaimana kita mau melangkah untuk mengambil kesempatan itu atau tidak.


“Worrying gets you nowhere” – Trinity

***

Ketika acara berakhir Trinity membuka diri bagi siapa saja (penggemar) yang ingin meminta tanda tangan di buku karyanya dan berfoto bersama. Saya pun turut mengantri dengan sabar menanti giliran. Berbekal tiga seri The Naked Traveler dan buku antologi terbaru Trinity, Travelove, saya begitu bahagia saat Trinity menandatangi satu per satu buku tersebut -belakangan baru ingat saya lupa membawa serta buku The Journeys hufufufu *toyor kepala sendiri. Sedikit malu-malu saya ‘merayu’ Trinity untuk menuliskan travel quote selain membubuhkan tanda tangannya. I got it! Tak ketinggalan sesi foto bareng. Di awal tadi sebenarnya saya sudah sempat berfoto bersama Trinity, bahkan beliau merangkul saya. Ah, BAHAGIA! Semoga saya terinfeksi virus jalan-jalan darinya (?)



Selepas dari booth ‘ala kadarnya’ untuk sesi tanda tangan dan foto bareng saya berjalan ke arah seorang gadis muda yang tampak tersenyum-senyum sendiri. Dari wajahnya terpancar binar keceriaan tiada tara yang bahkan membuat dirinya sendiri tak percaya. Namanya Claudia. Kami belum saling mengenal. Tadi sewaktu mengantri, dia meminta tolong kepada saya untuk mengambilkan gambar dirinya bersama Trinity. Barulah kemudian setelah lebih banyak berbincang, kami memberitahukan nama kami masing-masing. Dari situlah saya tahu bahwa dia adalah seorang remaja SMA yang mempunyai minat di dunia traveling. Dia ingin seperti Trinity, katanya. Terbukti sudah beberapa kali dia jalan-jalan ke beberapa tempat yang jauh dari rumah, SENDIRI. Apalagi seringnya dia jalan-jalan secara go show, tanpa persiapan jauh hari. Glek! Saya berada di antara rasa kagum dan malu. Sejauh karir jalan-jalan saya, saya belum pernah jalan sendiri –eh, tapi akhirnya baru-baru ini saya nekad impulsive traveling secara independen loh! Nanti saya certain deh ya…hihi

Tetiba si Claudia ini nyeletuk pengen nongkrong bareng Trinity.


me, Claudia, Trinity



Thanks for (one night stand of) unforgettable journey with Trinity Traveler... :')

PS: Saat di meja makan Claudia berhasil membuat pipi Trinity merona merah. Tepat ketika Claudia membaca garis tangan telapak tangannya dan spontan berkata,"Trinity bakal menikah kok!"


Epilog:

Kami bertiga berjalan keluar dari salah satu pintu lobby pusat perbelanjaan itu dan menuju jalan raya. Begitu sampai di bibir jalan kompak kami mengarahkan pandangan ke sekitar mencari sosok ksatria berkuda besi. Rupanya abang ojek langganan Trinity telah menunggu di ujung jalan sana. Dia pun datang menghampiri saat melihat lambaian tangan Trinity.

Yah, setiap pertemuan memang berakhir pada perpisahan. Claudia yang tak rela kebersamaan ini berakhir kembali memeluk erat Trinity. Saya iri karena saya hanya berani menjabat tangan Trinity. Tak lupa kami pun berjanji untuk bertemu lagi di lain kesempatan –entah kapan suatu saat nanti. Trinity dengan sigapnya duduk menempatkan diri di jok belakang motor. Mesin motor pun menderu bersiap untuk melaju.

Me:
“Hati-hati, mas. boncengin kak Trinity-nya”

Him:
“Loh, kok tahu kalau nama saya Thomas?”

Me:
“…”

Komentar

  1. Balasan
    1. terima kasih ka eric,

      semoga informasi di dalamnya juga bisa membantu ya,
      ayo jalan-jalan :D

      Hapus
  2. ndaa... keren!! sumpah keren! kamu bisa semeja dan ngobrol dengan dia? ih waw..

    BalasHapus
  3. wahh..kereeen :D
    mau dong travelling .. :3

    BalasHapus
  4. wohohohoho... superrr skali deh.. bikin mupeng aja, haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaa terima kasih, sobat :D
      ayo, maen-maen lah ke sini, itung-itung traveling juga kan? hehe, thanks udah mampir

      Hapus
  5. Aaa Hepi senangnya bisa ngobrol bareng kak Trinity nya;)
    *jadi blm prnh travelling solo? Huh payah:p

    BalasHapus
  6. iya, Alhamdulillah dapat kesempatan seperti itu hehe
    hm, traveling solo udah pernah dong, beberapa bulan lalu, tunggu deh nanti saya ceritain. terima kasih sudah mampir :D

    BalasHapus
  7. selamat... saya juga menunggu momen tersebut.bisa bertemu langsung dengan penulis dan fotografer favorit

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih,
      saya doakan lekas sampai pada momen yg dinantikan itu :)

      thanks for visiting!

      Hapus
  8. wahh...cerita nya seru. Tapi ko sesi ngobrol semeja nya ko gak di ceritain ? hikkss gimana itu terjadi....?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, iya ngobrolnya banyak ngalor ngidul jadi ya masa mau ditulis semua hehe salam kenal :)

      Hapus
  9. jadi si claudia sekarang gimana kabarnya hep? udah kemana aja? medsosnya apa? blognya apa? hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk bilangin Ayu nih haha
      nggak lama setelah acara ini dia menang pemilihan model Go Girl Magazine ;)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,...

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain...

Bro (Travel)Mate

Salah satu ‘ partner in crime ’ ku telah memulai fase kehidupan baru: Menikah. Ku turut bahagia dan ingin memberikan sebuah ‘kado kecil’ ini untuknya. Sekilas cerita kami dalam banyak kesempatan melakukan perjalanan bersama. Awalnya aku join kompetisi menulis cerita bertema travelmates pada tahun 2014. Dua puluh naskah terpilih akan dibukukan. Aku senang sekali ketika menerima email dari penyelenggaranya bahwa ceritaku terpilih. Belum berkesempatan punya buku sendiri, setidaknya ini bisa menjadi salah satu cara agar karyaku bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi kalau teman seperjalananku juga membacanya. Dia yang menjadi objek cerita, ku harap bisa menjadi sebuah persembahan untuknya. Karena satu dan lain hal, buku kumpulan cerita itu belum menemukan takdir penerbitannya. Jadi, cerita ini belum sempat dibacanya. Ku ingin (sekali lagi) mencoba untuk menyampaikan ini padanya. Jadilah ku sunting naskahnya dan ku unggah di laman blog pribadiku ini. Here we go… ...