Langsung ke konten utama

Backpacking "MALANG" part 5 (2)


Day 6

Best Moment

Puas menghabiskan waktu di JP1, kami berempat segera melangkahkan kaki keluar lokasi JP1, berjalan kaki menuju JP2.

"What? Jalan kaki?"

Iya! Lokasi JP2 menurut Sadam sih nggak jauh dari JP1. Masih bisa dijangkau dengan jalan kaki. Tapi kebanyakan orang lebih merekomendasikan naik ojek saja. Abisnya waktu itu belum ada semacam shuttle bus gitu yang bisa nganterin pengunjung dari JP1 ke JP2 dan sebaliknya.

Kami lebih memilih untuk berjalan kaki karena, pertama takut ditipu tukang ojek. hehe Secara kami belum tahu tarif pastinya berapa. Kedua, pertimbangan cerita. Biar jadi cerita ya mending jalan kaki aja, toh belakangan di perjalanan kita mengelilingi kota Malang udah banyak pengalaman jalan kaki kan? hihi Ya, pokoknya bolang abis lah tampang kami waktu itu. Jalan bergerombol di bawah terik mentari siang itu, kami terus menyusuri pinggiran jalanan yg tak begitu ramai lalu lintasnya namun cukup berdebu. (watch out! ada eek kudanya)

Hm, sekitar 15menit kami berjalan kaki mulailah terlihat di kejauhan bangunan JP2. Jadi kira-kira berapa ya jarak tempuh JP1 - JP2? 1km ada lah, lebih pasti. Semangat yang mulai mengendur kita seolah terisi kembali dan menyegerakan langkah kami mencapai areal JP2.



"Sedikit berbeda dengan Jatim park 1 yang lebih ditujukan sebagai taman bermain dan hiburan, Jatim park 2 lebih menunjukan tempat belajar selain tempat bermain. Jatim park 2 mengusung konsep belajar ilmu alam, biologi dan pembelajaran satwa yang disajikan dengan latar belakang sesuai habitatnya. Jawa Timur Park 2 dibangun di wilayah Oro-Oro Ombo Kota Batu. Jatim park 2 terdiri dari Museum Satwa, Batu Secret Zoo dan Pohon Inn Hotel." - Wikipedia



Memasuki pelataran JP2 kami tentu tak mau kalah dengan pengunjung lain yang asyik mengabadikan gambar. Emang bagus sih buat foto-foto. 3 bangunan utama yang menjadi objek wisata JP2 ini memang memiliki keunikan tersendiri. Cocoklah untuk para penggemar fotografi.






Tak ingin berlama-lama, kami pun segera merapat ke arah Gedung Museum Satwa. Pernah nonton film Night in the Museum? Ya, gedung ini memang didekorasi sedemikian rupa sehingga nggak kalah bagus sama setting museum di film ini.

Oiya, gelang kertas yang kami pakai dari JP1 tadi bisa menjadi akses masuk bagi kami di JP2 ini karena memang kami tadi mengambil 1 paket wisata JP 1 dan 2. Kalau Anda berkunjung ke salah satu objek JP1 saja atau JP2 saja, Anda juga akan mendapat gelang kertas ini, hanya saja nanti warnanya akan berbeda. Jadilah kami ikut antrian di pintu masuk museum dengan bermodalkan gelang ini. Tinggal menunjukkan gelang ke petugas dan... here we come!


Begitu masuk ke dalam museum, hal pertama yang akan Anda temui adalah sangkar burung raksasa ini. Langsunglah kepikiran MV Can't be tame-nya Miley Cyrus hihi... Waktu kami masuk, di dalam sangkar yang didekorasi semacam taman bunga dengan sepasang bangku di tengahnya, ada pasangan kakek-nenek Chinese duduk bersama di bangku itu dan anak cucunya yang lain bersiap mengabadikan moment tersebut dengan kamera mereka.

Memasuki ruang berikutnya, Anda akan disuguhi kerangka raksasa Dinosaurus. Pencahayaan dan tata ruang yang bagus sangat mendukung display objek yang satu ini. Kebanyakan pasti mengambil foto di dengan latar kerangka raksasa Dinosaurus tersebut. Tak terkecuali, kami :)




Di ruang-ruang selanjutnya berjajar kotak-kotak diorama kehidupan berbagai satwa. Hm, entah itu hewan asli yang diawetkan atau memang dibuat secara khusus. Namun display satwa yang disajikan terasa seperti hidup! Setting di tiap-tiap kotak diorama itu pun berbeda-beda sesuai habitat satwa yang ditampilkan.





 






Tak hanya satwa 'besar' saja yang dipamerkan, tapi ada juga insektarium beragam serangga dari segala penjuru dunia.




Ada juga kehidupan satwa laut yang tak kalah bagusnya untuk disimak.



Spot yang cukup menarik buat seru-seruan :)





Ternyata, museum satwa ini sangat luas loh. Capek juga melihat-lihat 'keluguan' para satwa yang coba ditawarkan. Tapi keren bangetlah tempat yang satu ini, selain dari segi interior design serta kenampakan satwanya, kita juga jadi bisa menjadikannya sarana wisata pembelajaran khususnya ilmu pengetahuan mengenai binatang yang tak banyak kita tahu dari bangku sekolah. Really worth to visit!

Demi menghemat waktu, kami bersegera menuntaskan acara berkeliling museum ini. Kalau tadi kami hanya mendapati satwa-satwa yang palsu, sekeluarnya dari museum kami langsung menyambung perjalanan menuju Secret Zoo yang menjanjikan 'selangkah lebih dekat dengan dunia satwa'.

Secret Zoo sendiri merupakan kebun binatang dengan konsep baru di mana pengunjung akan disuguhi penampakan hewan yang memiliki keistimewaan/keunikan tertentu yang pasti jarang kita temukan di kebun binatang biasa. Itulah mengapa namanya 'Kebun Binatang Rahasia'. Karena banyak hewan langka di dalamnya, jadilah kita harus menjaga rahasia keberadaan hewan-hewan ini supaya tidak diburu dan punah (?)

Dari pintu keluar museum kita berjalan melewati depan lobby hotel Pohon Inn dan barulah kami sampai di bangunan berdesain unik berwarna merah ini. Kami menyempatkan diri untuk beristirahat sebentar di lobby depan pintu masuk kebun binatang ini. Break a leg

Setelah cukup menghela nafas sejenak, kami pun mengantri masuk ke dalam kebun binatang. Tak begitu banyak pengunjung di pintu masuk, jadi nggak perlu menunggu lama, kami sudah berada di lingkungan kebun binatang dengan satwa-satwanya yang lucu-lucu (loh?)

Begitu melewati pintu masuk, Anda akan disambut oleh tikus air yang sibuk berenang ke sana kemari di kolam kecil yang didesain khusus seperti habitatnya. Heran kan? Tikus kok berenang.

pantes bisa berenang, wong dia dibelain sampe beli sepatu katak begitu | itu kakinya emang berselaput dodol!
Dan... makin ke dalam, mata kita akan dimanjakan dengan kenampakan satwa-satwa 'luar biasa' yang jarang atau mungkin belum pernah kita temui sebelumnya. Banyakan sih hewan-hewan Albino bisa kita temui di sini juga banyak satwa 'bule'nya loh (didatangkan langsung dari luar negeri, seperti Amerika gitu)

salah satu penampakan satwa aneh di Secret Zoo









Saking serunya jalan-jalan mengamati hewan-hewan yang bertingkah menarik perhatian pengunjung, kami pun tak sempat banyak mengabadikan gambar di sini. Oiya, yang bikin kesengsem sama kebun binatang ini tuh karena tata bangun dan konsepnya yang menurut saya pribadi terhitung ide baru lah untuk suatu kebun binatang (Ya kalau dibanding sama Kebun Binatang Surabaya sama Kebun Binatang Ragunan Jakarta hehe)

Dan lagi, biarpun dari luarnya terlihat tak begitu luas, tapi pas nyampe dalem, beuh... berasa nggak bakal kelar kalo dikelilingin seharian. Karena, selain ada kandang-kandang dan satwanya, ada juga beberapa spot yang divariasikan agar tak terkesan monoton. Misalnya ada adanya pembagian kawasan kebun binatang berdasarkan jenis dan habitat satwanya, terus ada wisata dayung/kayuh perahu, jasa foto bareng Gorilla raksasa di mana seolah kita dalam genggamannya, ada food court juga, dan bahkan ada mesin komputer yang diletakkan di beberapa titik tertentu yang dapat kita mainkan berisi tebakan mengenai ke-binatang-an lah tentunya. Hm, biar lebih dapet feel-nya, monggo mampir kemari. hehe

Karena hari semakin sore sedangkan kami belum sempat menunaikan ibadah solat Ashar, maka kami mempercepat langkah dan segera menyelesaikan tour di kebun binatang ini. Kami memutuskan untuk sholat Ashar di next stop destination kami, BNS. Sekeluarnya dari Secret Zoo, bukannya malah menyegerakan sholat taoi malah nyempetin diri buat ikut antrian Giant Wheel di sebelah Museum Satwa. Bedanya bianglala ini lebih gedhe dari yang di Alun-alun kota Batu kemaren. Karena bianglala ini di beberapa pengangkutnya ada yang tanpa atap, maka kami meutuskan untuk menguji nyali menaikinya. Pas bianglala berputar merambat naik, mulai terasa angin kencang yang turut menggoyangkan pengangkut yang kami naiki. Makin ke atas goyangannya makin yahud! Dan tiba-tiba berhentilah kami tepat di puncak tertinggi perputaran roda raksasa ini. Waktu itu saya berdua dengan Sadam, sedang Fahmi dengan Danto. Karena mas operatornya bilang kalau yang tanpa atap diisi 2 orang aja biar tetap seimbang. Lah kalau udah nyangkut di atas gini, rasanyaaa *speechless* Antara excited bisa melihat pemandangan dari atas, tapi hati berdesir-desir karena angin di daerah pegunungan waktu sore hari begini pastilah berhembus kencang dan goyangan pengangkut kami pun begitu terasa. Kami layaknya terombang-ambing di angkasa, takut-takut terlempar keluar dari pengangkut ini. Kami pun memasangkan sabuk pengaman dan masih nekad mengambil beberapa foto menggunakan ponsel kami. Tapi saking takutnya nggak ada hasil jepretan yang bagus, goyang semua. haha 

Untuk menghemat waktu, setelah turun dari bianglala ini lagi-lagi kami cari jalan pintas untuk keluar dari kawasan JP2. Lompat pagar dan meluncur kembali kejalanan...

Nantikan cerita kami perjalanan kami selanjutnya di Batu Night Spectacular! ;)

Komentar

  1. "Begitu masuk ke dalam museum, hal pertama yang akan Anda temui adalah sangkar burung raksasa ini. Langsunglah kepikiran MV Can't be tame-nya Miley Cyrus"
    ngakaaaakkk. enggak sekalian pake sayap palsu trus masuk ke dalem, hep?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,...

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain...

Bro (Travel)Mate

Salah satu ‘ partner in crime ’ ku telah memulai fase kehidupan baru: Menikah. Ku turut bahagia dan ingin memberikan sebuah ‘kado kecil’ ini untuknya. Sekilas cerita kami dalam banyak kesempatan melakukan perjalanan bersama. Awalnya aku join kompetisi menulis cerita bertema travelmates pada tahun 2014. Dua puluh naskah terpilih akan dibukukan. Aku senang sekali ketika menerima email dari penyelenggaranya bahwa ceritaku terpilih. Belum berkesempatan punya buku sendiri, setidaknya ini bisa menjadi salah satu cara agar karyaku bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi kalau teman seperjalananku juga membacanya. Dia yang menjadi objek cerita, ku harap bisa menjadi sebuah persembahan untuknya. Karena satu dan lain hal, buku kumpulan cerita itu belum menemukan takdir penerbitannya. Jadi, cerita ini belum sempat dibacanya. Ku ingin (sekali lagi) mencoba untuk menyampaikan ini padanya. Jadilah ku sunting naskahnya dan ku unggah di laman blog pribadiku ini. Here we go… ...