Langsung ke konten utama

Backpacking "MALANG" part 5 (1)


Day 6
Best Moment

"17 Agustus tahun 45.. itulah hari kemerdekaan kita.. hari MER-DE-KA! nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa IN-DO-NE-SI-A, MER-DE-KA!!!"

Ya, hari ini adalah hari peringatan kemerdekaan negeri ini yang telah genap berusia 66 tahun. Meskipun belum banyak yang bisa kami berikan untuk negeri ini, tapi paling tidak memulai dari diri sendiri dengan hal kecil, seperti berbuat kebaikan untuk orang lain, bisa  menjadi sebuah langkah awal untuk membangun tanah air yang lebih baik.

17 Agustus 2011,

Kawasan Balai Kota sudah dari kemarin mulai dipersiapkan untuk perhelatan upacara akbar pagi ini. Arus lalu lintas pun dialihkan karena jalanan sekitaran Balai Kota ditutup. Eh, Ardha jadi ikut upacara nggak ya? hihi

Bagaimana dengan kami?

Kami sangat bersemangat! Kami berencana untuk... bukan, bukan untuk ikut upacara 17-an, tapi semacam one day tour ke beberapa lokasi wisata terkenal. (Jiwa Nasionalisme kami patut dipertanyakan '?')

Menghayati dan memaknai kemerdekaan itu sendiri tak bisa diukur dari partisipasi kita dalam sebuah upacara peringatan Hari Kemerdekaan negeri ini. Sama halnya, bukan berarti nggak cinta tanah air atau nggak punya jiwa nasionalisme hanya karena nggak nonton live pertandingan Indonesia-Malaysia di Gelora Bung Karno. (Membela diri)

Aduh, kok obrolannya jadi berat gini yah. Intinya biarpun kami nggak ikut upacara ya bukan berarti kami nggak punya jiwa Nasionalisme loh. Secara kami musafir yang lagi mukim sementara di kota orang, ya nggak bisa seenaknya aja kan tiba-tiba ikutan masuk barisan upacara? (Don't make an excuse!)

Yawes lah, show must go on! Kami tetap mendoa agar segala kebaikan menyertai negara ini. Amin :)

Kala mentari belum tinggi, Sadam sudah datang menghampiri kami ke penginapan. Saya, Danto dan Fahmi segera menyelesaikan persiapan kami. Selagi masih pagi, lalu lintas juga tak begitu padat, kami berempat segera ke jalan besar menanti angkot. Hari ini si hitam nggak diajak dulu, biar rehat aja di parkiran hotel. hehe

Kami menunggu angkot di depan stasiun Malang Kota Baru. Tak berapa lama kami sudah berada dalam angkot yang meluncur membawa kami menuju terminal Landungsari. Landungsari merupakan salah satu terminal terbesar di Malang. Hanya saja bus di terminal ini kebanyakan melayani rute perjalanan ke arah Batu hingga Jombang. Tak heran bila busnya rata-rata bus kecil (semacam metromini Jakarta) karena memang perjalanan yang ditempuh untuk rute tersebut melewati jalanan pegunungan yang berkelok.

Sesampainya di terminal Landungsari kebetulan sekali bus Puspa Indah yang hendak kami naiki sudah bersiap akan diberangkatkan. Kami pun bergegas masuk ke dalam bus, hanya saja kami tidak dapat duduk berdekatan. Cukup banyak juga yang menumpang bus pagi itu. Bus pun berjalan. Memasuki kota Batu saya mengirimkan pesan singkat kepada Fahmi dan Danto mengenai harga karcis bus dan di mana kita akan turun nanti. Karcis Malang - Batu IDR 4,000/orang.

Mendekati kawasan Jawa Timur Park 1, saya memberikan 'kode' pada mereka untuk bersiap turun. Kami pun diturunkan di depan gerbang JP1 ini. Sadam yang sebelumnya sudah pernah berkunjung kemari memberi tahu kami bahwa dari gerbang ini kami masih harus berjalan kaki cukup jauh sekitar 500 meter untuk sampai di lokasi JP1. So, is this gate just like a fake?
Gerbang ini rupanya lebih difungsikan sebagai lapangan parkir bus-bus besar yang biasa mengangkut rombongan para wisatawan JP1. Namun hari itu tak ada satupun kendaraan terparkir di situ.

"Kok sepi banget. Ini kita yang kepagian atau jangan-jangan JP1 nya tutup lagi?"

Kami terus berjalan melintasi lapangan parkir yang luas ini. Keluar dari lapangan parkir kita memasuki kawasan perumahan gitu, jalannya lebih kecil. Terlihat beberapa papan nama hotel dan villa di sekitar situ. Nggak heran lah, ini kan kawasan wisata. Dan akhirnya sampailah kami di pelataran JP1. Lapangan parkir yang di sini juga masih sangat lengang. hanya ada beberapa kendaraan. Namun jingle JP1 yang berkumandang dari pengeras suara meyakinkan kami bahwa 'ada kehidupan di sini'. Kami menghampiri loket pembayaran untuk membeli tiket masuk. Karena hari ini kami berencana mengunjungi JP 1 dan 2, jadilah kami mengambil paket wisata JP 1 & 2 seharga IDR 80,000/orang. Kalau ambil paket JP 1 saja kalau tidak salah sekitar IDR 60,000/orang sedang untuk JP 2 saja lebih murah yaitu cukup dengan IDR 45,000/orang.

Karena masih sepi, jadilah saya tak perlu mengantri untuk beli tiket. Setelah membayar, saya memperoleh 4 tiket masuk dan 4 gelang kertas sebagai tanda masuk pengunjung. Kami sempatkan mengabadikan moment di depan pintu masuk JP1 terlebih dulu, baru kami menyerahkan tiket kepada petugas di pintu masuk yang juga membantu memasangkan gelang kertas tadi.


"Jatim Park adalah sebuah tempat rekreasi dan taman belajar yang terdapat di Kota Batu, Jawa Timur. Obyek wisata ini berada sekitar 20 km barat Kota Malang, dan kini menjadi salah satu icon wisata Jawa Timur. Obyek wisata ini memiliki 36 wahana, diantaranya kolam renang raksasa (dengan latar belakang patung Ken Dedes, Ken Arok, dan Mpu Gandring), spinning coaster, dan drop zone. Wahana pendidikan yang menjadi pusat perhatian diantaranya adalah Volcano dan Galeri Nusantara yang juga terdapat tanaman agro, diorama binatang langka, dan miniatur candi-candi." - Wikipedia

Setelah melewati petugas pintu masuk akan ada pelataran kecil di mana salah satu sudutnya terdapat Gong besar yang diklaim sebagai Gong terbesar ke-2 di Indonesia (Lah, yang pertamanya di mana?)


Setelah itu kami pun seakan gelap mata membabi buta berpindah dari satu spot ke spot yang lain yang tak kalah menarik untuk mengambil beberapa gambar. Berikut gambar yang berhasil kami abadikan.

1. Rumah Wayang:




2. Diorama Keragaman Budaya










3. Wahana Pembelajaran & Pengetahuan
          Ada banyak benda dan hal lain yang terkait dengan ilmu pengetahuan yang dapat kita mainkan di sini. Kalau kata Bobo mah, bermain sambil belajar hehe


4. Miniatur Candi
 



5. Lain-lain (lupa ini kategorinya apa aja)

perkembangan mata uang Indonesia antarjaman

All about 'Indonesian POST'





Hm, sebenernya masih banyak lagi sih yang bisa saya bagi. Tapi, kalau semua fotonya diposting di sini ntar jadinya malah kaya album foto dong? hihi Karena itu, saya akan berbagi cerita deskriptifnya aja yah :')

Usai berpose dengan beragam gaya di berbagai spot menarik yang ada, kami pun mencoba beberapa wahana permainan yang cukup memacu adrenalin. Di antaranya, kami menjajal nyali dengan menaiki Kicir-kicir. Biarpun lebih kecil dan kapasitas penumpangnya lebih sedikit, tapi nggak kalah serunya kok dari Kicir-kicir Dufan. Bahkan Fahmi pun sampai merasakan sedikit pening usai turun dari wahana ini.

Hari ini benar-benar lengang. Entah mengapa pengunjung hari ini tak sebanyak yang saya bayangkan. Padahal ini kan hari libur nasional. Tapi justru di sini yang bikin kami bisa menikmati wisata JP1 ini dengan leluasa. Hanya saja, karena sedikitnya pengunjung, kami jadi tidak dapat menaiki wahana Tornado-nya, karena wahana ini dapat dijalankan bila memenuhi minimal 20 orang pengunjung. Akhirnya kami pun beralih ke wahana semacam roller coaster namun ini bukan berupa kereta seperti Halilintar Dufan. 1 coaster memuat 4 penumpang dan meluncur serta berputar di atas lintasannya. Cukuplah memacu adrenalin kami.

Matahari beranjak mencapai puncak tertingginya. Menjelang tengah hari, kami masih bersemangat untuk berkeliling di lokasi JP1. Kami tertarik untuk menonton film pendek 4D saat melintas di depan studionya. hanya saja kami harus menunggu jam tayang berikutnya. Sambil menunggu, kami duduk-duduk di bangku bawah pohon tak jauh dari studio itu. Kami menikmati semilirnya angin sambil mengamati beberapa anak yang tengah asyik berenang di kolam raksasa JP1 ini. Kami tak ada niat ikut serta menceburkan diri ke air secara hari itu kami sedang menjalani ibadah puasa. Sayang kan kalau sampai batal karena berenang sambil minum air *krik... Sambil duduk-duduk inilah dari pengeras suara yang mengumandangkan jingle JP1 berganti menyuarakan lagu-lagu yang menjadikan kami makin menikmati suasana. Alunan musik, terpaan lembut angin yang berhembus, dan kantuk pun menyapa. Tapi tiba-tiba lagu Syahrini pun diputar. Jadi seger lagi deh! (Apa hubungannya coba?) Sesuatu banget deh kayanya. *ngikik Di lain waktu lagu Insya Allah dari Maher Zain ft. Fadli Padi juga sempat diputar. Kami pun membicarakan lagu ini dan lagu Maher yang lain  karena menurut kami sangat easy listening.

Karena sudah mendekati jam tayang, kami pun merapat ke ring antrian. Pengunjung yang lain pun turut serta mengantri di belakang kami. Begitu pintu teater dibuka, kami masing-masing dibagi kaca mata 3D dan segera masuk bebas memilih tempat duduk. Film pun dimulai. Ada yang sempat teriak saat pemutaran film karena merasakan semprotan air sebagai efek 4D-nya.

Usai menikmati hiburan film 4D ini kami mencoba wahana Rumah Hantu, Rumah Pipa, Aquarium Raksasa, Taman Burung, apa lagi ya? Banyak deh! Hampir semua wahana kami coba, meski ada beberapa yang kami lewatkan.

Pengalaman di Rumah Hantu jangan ditanya lagi. Seru-seru gimanaaa gitu, hihihi... Kami berempat menyusuri lorong-lorong rumah hantu dengan baris berbanjar ke belakang, saling memegang pundak sudah seperti main naga-nagaan besarnya bukan kepalang (loh?) Waktu itu siapa ya yang di depan? Lupa, Sadam deh kayanya. Karena gelap, yang depan berjalannya pun meraba-raba dan memberi peringatan apa yang akan dihadapi di depan. Rumah hantu sebenernya nggak serem loh. Cuma karena efek suara-suara teriakan hantu atau efek horror yang lain, jadilah rasa takut bisa dimunculkan. Akhirnya sepanjang perjalanan kami di dalam rumah hantu ini saya terus menutup telinga. Hehe, cukup manjur loh! Kapan-kapan boleh dicoba :)

Beda lagi pas di Rumah Pipa. Perasaan ini wahana nggak ada serem-seremnya. Tapi, ada mbak-mbak yang histeris selama berada di dalam Rumah Pipa ini. Entah apa karena dia mencari perhatian kekasihnya yang menemani dia, atau emang penakut, atau dia dewasa labil nan lebay? Ups, *no offense ^^v Tapi kalau boleh jujur cukup mengganggu loh mbak. Mas nya aja udah sedemikian usahanya nenangin pacarnya yang histeris itu tapi mbak-nya malah makin kenceng teriak-teriaknya. Kami malah sempet ditarik-tarik juga. Ckckck Kami cuma bisa cengengesan aja.

Karena sudah lewat tengah hari, kami pun tak ingin berlama-lama lagi di sini. Kami segera mencari mushola terdekat untuk menunaikan solat Dzuhur. Setelah itu kami bergegas melanjutkan perjalan ke JP 2! (bersambung)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gara-Gara (Larangan) Tripod (Masuk Kabin Pesawat)

Namanya juga impulsif dan spontan, pasti ada aja ‘kejutan-kejutan’ sepanjang perjalanan. Anggaplah ini sebagai side stories atau cerita di balik layar #mendadakrinjani di postingan sebelumnya . Jadi, gue bakal ngulik hal-hal yang nggak seindah yang terlihat dalam pendakian Gunung Rinjani. Razia di bandara | dok. pribadi Perasaan gue campur aduk, excited tapi sekaligus juga deg-degan. Padahal gue udah duduk di ruang tunggu Bandara Internasional Minangkabau (BIM) di Padang, menantikan penerbangan menuju Lombok bersama kawan-kawan. Kami bermaksud untuk mendaki Gunung Rinjani, dalam kesepakatan dan berkeputusan yang serba dadakan. Banyak yang bilang kalau bikin acara dadakan kemungkinan realisasinya lebih besar dibandingkan acara yang direncanakan jauh-jauh hari. Gue pun lebih sering melakukan perjalanan yang nggak terlalu terikat perencanaan atau persiapan matang. Tapi kan ini naik gunung. Butuh persiapan lebih –setidaknya bagi gue pribadi. Mulai dari nyiapin peralatan,...

Seperti Bintang: Ada, Meski Tak (Selalu) Terlihat

“ Aku menikah tahun depan. ” Bagaimana perasaanmu mendengar kalimat itu terlontar dari mulut sahabatmu? Aku tersenyum dan membelalakkan mata. Bagiku, ini adalah salah satu berita yang menggembirakan. Meski sebenarnya bukan hal yang mengejutkan karena aku pun telah lama menantikannya. Dalam hati ingin ku teriakkan ‘AKHIRNYAAA’, tapi aku tahu suaranya bergetar saat mengungkapkan hal itu. Ku tahan euforia di dada, ku pasang telinga bersiap untuk mendengarkan apa yang mungkin menjadi kegusarannya. “Aku mau puas-puasin jalan-jalan dulu. Mungkin ini tahun terakhirku”, katanya melanjutkan. Raut mukanya menunjukkan kekhawatiran seolah menikah menjadi akhir karirnya jalan-jalan. # Perkenalkan, Sadam Febriansyah, sahabatku. Kami saling mengenal sejak taman kanak-kanak dan tinggal di satu lingkungan yang sama. Pertemanan kami semakin dekat ketika kami masuk ke sekolah dasar. Satu sama lain cukup kompetitif memperebutkan juara kelas, tetapi aku yang menang kami bersain...

Bro (Travel)Mate

Salah satu ‘ partner in crime ’ ku telah memulai fase kehidupan baru: Menikah. Ku turut bahagia dan ingin memberikan sebuah ‘kado kecil’ ini untuknya. Sekilas cerita kami dalam banyak kesempatan melakukan perjalanan bersama. Awalnya aku join kompetisi menulis cerita bertema travelmates pada tahun 2014. Dua puluh naskah terpilih akan dibukukan. Aku senang sekali ketika menerima email dari penyelenggaranya bahwa ceritaku terpilih. Belum berkesempatan punya buku sendiri, setidaknya ini bisa menjadi salah satu cara agar karyaku bisa dinikmati lebih banyak orang. Apalagi kalau teman seperjalananku juga membacanya. Dia yang menjadi objek cerita, ku harap bisa menjadi sebuah persembahan untuknya. Karena satu dan lain hal, buku kumpulan cerita itu belum menemukan takdir penerbitannya. Jadi, cerita ini belum sempat dibacanya. Ku ingin (sekali lagi) mencoba untuk menyampaikan ini padanya. Jadilah ku sunting naskahnya dan ku unggah di laman blog pribadiku ini. Here we go… ...